04 June 2007

ICT untuk Pendidikan Beragama


Pada dasarnya Indonesia sangat kompleks, baik dari segi agama, suku, dan lain sebagainya. Dari banyaknya kompleksitas yang ada di indoensia, maka akan memiliki resiko terjadinya konflik dalam masyarakat sangat memungkinkan. Ini terlihat pada beberapa saat yang lalu terjadi konflik antara 2 kubu agama yang terjadi di POSO. Ini adalah sekelumit cerita dari konflik yang ada pada indonesia. Sebenarnya apakah yang mendasari terjadinya konflik? Mungkin salah satu faktornya adalah komunikasi. Jangankan kehidupan beragama, terkadang antara saudara jika tidak terjadi komunikasi yang baik maka akan timbul konflik. Bagaimana dengan orang indonesia yang beraneka ragam serta berjumlah lebih dari 200 juta jiwa? Tentulah ini akan menjadi persoalan yang penting untuk ditindak lanjuti.

Dengan kemajuan teknologi sekarang dan akan datang, maka faktor miskomunikasi dapat direduksi. Di internet telah banyak situs-situs yang mengenalkan ataupun menjelaskan kegiatan yang dilakukan dalam agama tersebut. Sehingga orang yang beragama lainnya dapat mengetahui apa yang dilakukan orang lain. Dengan adanya komunikasi antar agama dapat mereduksi konflik yang ada indonesia. Indonesia memang majemuk, dan itu patut disyukuri.

ICT ( Information Communication Technology) dapat menjadi salah satu pemecahan kebuntuan komunikasi. Faktor jarak, waktu, dan lain sebagainya yang menyebabkan komunikasi tidak berjalan secara perlahan dapat dikikis. Seperti halnya ICT untuk pendidikan Formal, ICT dapat pula dimanfaatkan untuk pendidikan beragama. Pemanfaatannya dapat berupa makin memperdalam agama yang dianut seseorang atau terjadi sharing antar umat beragama.

Komponen utama untuk mengimplementasikan ICT dalam Pendidikan Agama :

  1. Media komunikasi ( televisi, radio, internet )
  2. Mesin Informasi ( Komputer, Handphone )
  3. Teknologi dan Peralatan Komunikasi ( Fiber Optik, Satelit )
  4. Pakar pada tiap bidang masing-masing agama ( Islam : Tafsir, Ekonomi Syariah, dll , Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Aliran Kepercayaan )

Dengan adanya pakar, maka akan meminimalkan kesalahan pehaman sesorang kepada orang lain. Terkadang seseorang kurang mengetahui atau mendalami sebuah agama yang dianutnya. Sehingga ketika orang lain ingin mengetahui, maka akan terjadi konflik yang sangat fatal jika salah menjelaskan. Sehingga diharapan bahwa kehidupan berbangsa dan bernegara dapat berlandaskan Agama yang dianut.

Langkah yang perlu dibangun adalah :

  1. Membangun jaringan di tingkat Institusi Pendidikan :
    1. Negeri : SDN, SMPN, SMUN, Perguruan Tinggi
    2. Swasta : TK, SD, SMP, SMU, Perguruan Tinggi
  2. Membangun jaringan pendidikan informal di tingkat masyarakat
    1. Tempat Peribadatan
    2. Komunitas Beragama
    3. Seminar, Training
  3. Pada poin 1 dan 2 terintegrasi dalam setiap wilayah ( kota ) dan masing-masing kota memiliki Pusat Seagama, Pusat Komunikasi Antar Agama.
  4. Dari masing-masing pusat diantar kota terintegrasi Pusat Tingkat Propinsi yang terdiri dari Pusat Seagama Tingkat Propinsi, dan Pusat Komunikasi Antar Negara Tingkat Propinsi.
  5. Terdapat sebuah Pusat Keagamaan Seluruh Indonesia.

Setelah jaringan telah terbentuk, maka yang sangat penting di bangun andalah Moralitas dari bangsa itu sendiri. Untuk membangun Moralitas, maka manusianyalah yang perlu dibangun mentalitasnya. Untuk membangun mentalisatas tersebut perlu dibentuk baik di dalam Institusi Pendidikan ataupun Pendidikan informal.

Pembangunan mentalitas :

  1. Pada Institusi Pendidikan
    1. Kurikulum
    2. E-Learning
    3. Praktik
    4. Klinik ICT
  2. Pada Pendidikan informal
    1. Seminar
    2. Pelatihan/Training
    3. Acara Keagamaan yang rutin, baik tiap hari, tiap minggu, tiap bulan, tiap tahun.
    4. Ceramah Pemuka agama secara rutin
To be continue .........

No comments: